1. Perubahan Sikap dan Peranan Pengajar
Dalam konsep belajar Instructor-Centered
Learning, pengajar memiliki peran utama untuk dalam proses pembelajarannya.
Mahasiswa akan menerima secara pasif materi yang diberikan dengan mencatat
serta menghafal. Dengan demikian sumber belajar utama adalah Pengajar. Dengan
menerapkan konsep SCL, sebagian beban dalam mempersiapkan serta
mengkomunikasikan materi berpindah ke mahasiswa yang harus pula berperan secara
aktif.
Pengajar bukan lagi tokoh sentral yang tahu
segalanya. Tidak berarti bahwa tugas pengajar menjadi lebih ringan atau tidak
lagi penting. Pengajar tetap memainkan peran utama dalam proses belajar, tetapi
bukan sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Metode yang dapat
diterapkan,seperti diskusi, pembahasan masalah-masalah nyata, proyek bersama,
belajar secara kooperatif , serta tugas-tugas mandiri, pengajar akan lebih
dituntut sebagai motivator, dinamisator dan fasilitator, yang membimbing,
mendorong, serta mengarahkan peserta didik untuk menggali persoalan, mencari sumber
jawaban, menyatakan pendapat serta membangun pengetahuan sendiri.
Dalam perubahan peranan ini, dibutuhkan
kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi serta keterbukaan dari pendidik untuk
dapat menjalin hubungan secara individu, untuk dapat mengerti serta mengikuti
perkembangan dari masing-masing peserta didik, disamping tentunya wawasan yang
luas dalam mengarahkan peserta didik ke sumber-sumber belajar yang dapat
digali. Hati dan ilmu menjadi tuntutan bagi pendidik dalam menerapkan konsep
SCL.
2. Perubahan Metode Belajar
Jika seorang berpikir bahwa ia sedang
bersenang-senang ketika ia sedang belajar, maka ia akan lupa bahwa ia sedang
belajar dan dengan sendirinya akan menikmati dan mendapatkan banyak manfaat
(Burns, 1997). Ungkapan ini merupakan ungkapan yang sering terlupakan oleh
pendidik.
Penerapan kedisiplinan dengan cara yang
salah, kurikulum standar dan sebagainya yang membuat anak tidak memiliki
pilihan sendiri tentunya tidak akan membuat peserta didik merasa sedang
bersenang-senang, karena tidak sesuai dengan apa yang disukainya. Beberapa
metode belajar yang mengacu pada belajar secara alamiah dan mengacu pada
keunikan individu yang perlu dikembangkan adalah collaborative learning, problembased learning, portfolio, team project,
resource-based learning.
Metode-metode ini menekankan pada hal-hal
seperti kerjasama tim, diskusi, jawaban-jawaban terbuka, interaktivitas,
mengerjakan proyek nyata bukan hanya menghafal, serta belajar cara untuk
belajar, bukan hanya memperoleh ilmu pengetahuan dan sebagainya.
3. Akses ke berbagai Sumber Belajar
Untuk menunjang metode belajar yang memberi
kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali permasalahan, serta menggali
informasi sebanyak mungkin secara mandiri, akses informasi tidak boleh lagi
dibatasi hanya pada pengajar, buku wajib serta perpustakaan lokal saja.
Peserta didik perlu ditunjang dengan akses
tanpa batas ke berbagai sumber informasi, antara lain industri, organisasi
sosial maupun profesi, media massa, para ahli dalam bidang masing-masing,
bahkan dari masyarakat, keluarga maupun sesama peserta didik. Perkembangan
teknologi informasi bahkan memungkinkan tersedianya akses ke berbagai informasi
global ke seluruh dunia, melalui akses ke perpustakaan maya , museum maya,
pangkalan-pangkalan data di web, atau bahkan kemungkinan untuk dapat
berhubungan langsung dengan para ahli internasional.
4. Penyediaan Infrastruktur Yang Menunjang
Untuk mendukung perubahan serta kebutuhan
yang diperlukan dalam menerapkan konsep SCL secara maksimal, perlu adanya infrastruktur
yang menunjang. Jaringan kerjasama antar institusi baik pendidikan maupun non
pendidikan secara nasional, regional maupun internasional akan sangat mendukung
terbukanya kesempatan untuk belajar diluar batasan dinding sekolah atau budaya
sehingga lebih memperkaya pengertian akan perbedaan sekaligus menambah wawasan
ilmu pengetahuan menjadi lebih tak terbatas.
Fasilitas pendamping pendidikan seperti
perpustakaan, museum sekolah, laboratorium, pusat komputer maupun layanan
administrasi yang memudahkan, responsif, simpatik, serta mengacu pada kepuasan
dan kebutuhan peserta didik, akan sangat mendukung terciptanya budaya SCL.
Pemanfaatan teknologi informasi, seperti komputer, telekomunikasi dan jaringan
baik dalam kampus maupun luar kampus seperti Internet, merupakan pendukung yang
sangat penting dalam menunjang terciptanya fleksibilitas dalam memilih tempat
dan waktu belajar, menghubungkan peserta didik dengan akses ke sumber belajar
yang luas, kolaborasi serta komunikasi antar dosen dan mahasiswa, orang tua,
sesama mahasiswa maupun para ahli.
0 Response to "4 Hal Yang Perlu Dipersiapkan Dalam SCL "
Post a Comment