Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran
yang tadinya berpusat pada pengajar menjadi pembelajaran yang berpusat pada
mahasiswa (Student Centered Learning)
diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Dalam proses SCL, maka mahasiswa memperoleh
kesempatan dan fasilitas untuk belajar secara mandiri , dan pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu kualitas mahasiswa. Pembelajaran yang inovatif dengan metode Student Centered Learning ini
memiliki keragaman model
pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari mahasiswa.
Metode-metode tersebut diantaranya adalah:
1.
Berbagi informasi (Information
Sharing) dengan cara, curah gagasan
(brainstorming), kooperatif,
kolaboratif, diskusi kelompok (group
discussion), diskusi panel (panel
discussion), simposium, dan seminar
2.
Belajar dari pengalaman (Experience Based) dengan cara simulasi, bermain peran (roleplay), permainan (game), dan kelompok temu
3.
Pembelajaran melalui Pemecahan Masalah (Problem Solving Based) dengan cara:
Studi kasus, tutorial, dan lokakarya.
Metode
SCL kini dianggap lebih sesuai dengan kondisi eksternal masa kini yang
menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk mampu mengambil keputusan secara efektif
terhadap problematika yang dihadapinya. Melalui penerapan SCL mahasiswa harus
berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu
menganalisis dan dapat memecahkan masalah-masalahnya sendiri. Tantangan bagi
pengajar sebagai pendamping pembelajaran peserta didik, untuk dapat menerapkan
pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa perlu memahami tentang konsep, pola
pikir, filosofi, komitmen metode, dan strategi pembelajaran.
Untuk menunjang kompetensi pengajar dalam
proses pembelajaran berpusat pada mahasiswa maka diperlukan peningkatan
pengetahuan, pemahaman, keahlian, dan ketrampilan pengajar sebagai fasilitator
dalam pembelajaran berpusat pada mahasiswa. Peran pengajar dalam pembelajar
berpusat pada mahasiswa bergeser dari semula menjadi pengajar (teacher) menjadi fasilitator.
Fasilitator adalah orang yang memberikan fasilitasi.
Dalam hal ini adalah memfasiltasi proses
pembelajaran mahasiswa. Pengajar menjadi mitra pembelajaran yang berfungsi sebagai
pendamping (guide on the side) bagi
mahasiswa. Untuk menjadi fasilitator, selain persiapan pengetahuan,
latihan-latihan, juga perlu pengalaman. Melalui pengalaman dan praktek menjadi
fasilitator maka akan diperoleh tambahan bekal yang semakin banyak sehingga
kita akan dapat menemukan sendiri cara yang tepat, efektif, dan efisien dalam
memfasilitasi proses pembelajaran.
Jika dalam pembelajaran konvensional lebih
banyak berkomunikasi dengan manusia yaitu pengajar atau pembelajar lainnya.
Sedangkan dalam pembelajaran jarak jauh lebih banyak berkomunikasi secara
intrapersonal berupa informasi atau materi pembelajaran dalam bentuk
elektronik, cetak maupun non cetak, seperti komputer/internet dengan surat
elektronik (e-mail), atau melalui
media telepon, faksimile, jasa layanan pos, siaran radio, ataupun siaran
televisi.
Saat ini pemerintah masih menerapkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) untuk pendidikan di Indonesia, proses
pembelajaran ini sesuai dengan program Student
Centered Learning (SCL). Selain itu, di masa mendatang, dunia kerja
membutuhkan tenaga kerja yang berpendidikan baik, yang mampu bekerja sama dalam
tim, memiliki kemampuan memecahkan masalah secara efektif, mampu memproses dan
memanfaatkan informasi, serta mampu memanfaatkan teknologi secara efektif dalam
pasar global, dalam rangka meningkatkan produktivitas.
Oleh sebab itu, proses pembelajaran harus
difokuskan pada pemberdayaan dan peningkatan kemampuan mahasiswa dalam berbagai
aspek ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Mahasiswa sebagai subyek
pembelajaran, yang perlu diarahkan untuk belajar secara aktif membangun
pengetahuan dan keterampilannya dengan cara bekerjasama dan berkolaborasi
dengan berbagai pihak terkait.
0 Response to "Pengertian Proses Pembelajaran SCL / Student Centered Learning dan Metode-Metode Yang Digunakan"
Post a Comment