Sains
didefinisikan dalam webster new collegiate dictionary yakni “pengetahuan yang
diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang
melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum
alam yang terjadi misalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metode ilmiah.
Sains
dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang
dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan
menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam. Manusia
mengetahui banyak hal di muka bumi ini baik melalui penang-kapan indera maupun
hasil olah pikir. Kumpulan ha-lhal yang diketahui
tersebut dinamakan pengetahuan. Sedangkan Ilmu Pengetahuan adalah pengetahuan
yang telah disusun secara sistematis dan logis dengan mempergunakan
metodemetode tertentu.
Berdasarkan
definisi di atas sudah menimbulkan kesan rumit atau sulit dalam memahami dan
mempelajari ilmu pengetahuan atau sains. Oleh karena itu tidak heran jika
timbul mitos di masyarakat bahwa sains hanya dapat dipahami dan dimengerti oleh
sekelompok orang dengan melakukan serangkaian penelitian.
Istilah
penelitian itu sendiri sudah menimbulkan kerumitan. Seolah-olah penelitian itu
hanya dapat dilakukan oleh para pakar, para ilmuan dan mereka-mereka yang
kesehariannya disesaki oleh referensi-referensi ilmiah.
Padahal setiap orang dan pada semua tingkatan usia dapat melakukan penelitian
tanpa ia sadari bahwa ia telah melakukan penelitian.
Penelitian
secara sederhana dapat dilakukan hanya dengan berangkat dari suatu pertanyaan,
"Mengapa?" dan berusaha mencari jawaban baik dari diri sendiri maupun
dari sumber lain yang lebih mengetahui. Bagi seorang siswa, penelitian dapat
dimulai ketika ia mulai bertanya kepada gurunya, bertanya kepada orang tuanya,
atau bahkan bertanya kepada teman-teman sebaya yang telah bersentuhan langsung
dengan obyek yang dipertanyakan.
Science
is built up of facts as a house of stones, but a collection of fact is no more
a science than a pile of stones is a house (Henry Poincare, La Science et
l’Hypothese, 1908). The goal of education is to produce independently
thinking and acting individuals (Albert Einstein). Sains adalah kerangka
pengetahuan.
Pembelajaran
sains itu penting karena:
(1) Sains adalah bagian
penting dari budaya manusia, yang mempunyai nilai tertinggi dari kapasitas
berpikir manusia;
(2)
Adanya
laboratorium yang ditindaklanjuti dengan penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan
bahasa, logika, serta kemampuan memecahkan masalah dalam kelas;
(3) Untuk jangka waktu
panjang, dapat diciptakan saintis-saintis muda;
(4) Negara sangat
tergantung kepada kemampuan teknis dan saintifik dari masyarakatnya untuk
persaingan ekonomi global serta keperluan nasional.
Ada
3 area sains yang diajarkan dalam kurikulum, yaitu:
1) sains kehidupan:
Biologi (tubuh manusia), Zoologi (hewan), Botani (tumbuhan),
2) sains bumi, meliputi:
Geologi (kulit keras bumi), astronomi (langit, musim, luar angkasa),
3)
Fisika:
ilmu kimia (benda padat dan cair), ilmu fisika (keseimbangan dan gerakan)
Ada
tiga faktor utama mengapa dalam pembelajaran sains pembentukan sikap adalah
penting (Martin, 1984), yakni:
1)
Sikap
seorang anak membawa satu kesiapan mental bersamanya. Dengan sikap yang
positif, seorang anak akan merasa sains objek, topic, aktifitas dan orang
secara positif. Seorang anak yang tidak siap atau ragu-ragu karena alasan
apapun juga akan kurang kemauannya untuk berinteraksi dengan orang dan hal-hal
yang berhubungan dengan sains.
2) Sikap bukan pembawaan
dari lahir atau bakat. Ahli kejiwaan berpendapat bahwa sikap itu dipelajari dan
disusun lewat pengalaman selagi anak-anak berkembang (Halloran, 1970; Oskamp,
1977), sikap seorang anak dapat berubah melalui pengalaman. Guru dan orangtua
mempunyai pengaruh terbesar atas sikap sains (George & Kaplan, 1998)
3)
Sikap
adalah hasil yang dinamis dari pengalaman yang bertindak sebagai faktor
pengaruh ketika anak memasuki pengalaman–pengalaman baru. Akibatnya sikap membawa
suatu emosional dan intelektual, yang keduanya mengarah kepada pembentukan
keputusan dan membentuk evaluasi. Keputusan dan evaluasi ini dapat menyebabkan
seorang anak menetapkan prioritas dan memegang pilihan-pilihan yang berbeda.
Selain
pembentukan sikap, pembelajaran sains yang produktif juga dapat mengembangkan
tiga aspek penting lainnya yakni:
(1) Pengembangan dari
sikap anak-anak;
(2) Pengembangan dari
pemikiran anak dan ketrampilan kinestetik (motorik kasar, halus serta
koordinasi mata dan tangan, demikian juga dengan pelatihan, perasaan);
(3) Pengembangan ilmu
pengetahuan yang dibangun dari pengalaman di dalam setting yang alami.
0 Response to "Pembelajaran Sains Anak Usia Dini "
Post a Comment